Rabu, 26 Februari 2014

Para Caleg dan Pemimpin Mengidap Autis Sosial?

Share dengan Bude Sri Murni, ibunda Faisal pengidap autis, baru-baru ini di Komunitas Difa, timur Mapolres Kebumen, beroleh banyak inspirasi sekaligus harus menguatkan keyakinan; hanya cinta kasih yang tulus yang bisa membimbing anak berkubutuhan khusus penyandang autis agar bisa berperilaku normal. Kisah Bude yang telah berhasil membimbing anak keduanya yang autis sampai mampu menghafal Al Qur'an 6 juz telah menguras air mata ribuan pembaca dua buku tulisan Sri Murni, "Faisal Sayang Mama Sampai Tua (2010) dan "Kereta Surga (2013".
Malam itu Sri Murni berbincang dengan komunitas Difa yang dikoordinasikan oleh Mu'inatul Khoiriyah, istri pegiat sosial Akhmad Murtajid (Kang Tajib) di Musala Al Furqan Kembaran, Menurut Kang Tajib, masalah terberat membimbing anak difabel, bukan hanya autis, adalah lngkungan sosial yang selalu sulit mengerti. Apalagi anak autis, seperti Faisal yang memiliki IQ 58,  kesulitan terbesarnya saat harus mencari sekolah yang cocok dan bisa mendukung kebutuhannya mendapat perhatian penuh dari

pendamping.Anak autis sulit berkomunikasi dengan orang lain, dan lebih banyak asyik dengan diri sendiri. Sri Murni telah mampu memahami apa yang dibutuhkan buah hatinya, dan berani megatakan "Insya Allah aku sing ngerti karepmu" sehingga Faisal berangsur tumbuh seperti anak normal dan kini bisa bersekolah hingga SMK dan mampu magang menjadi pegawai di stasiun kereta api.
Nah, bukannya para caleg sekarang juga sulit berkomunikasi dengan calon pemilihnya sehingga hanya asyik dengan diri sendiri? Mereka asyik berkomunikasi dengan pohon, gambar-gambarnya ditempel di pohon-pohon dan merasa sudah menjadi wakil rakyat setelah baliho besar terpasang di pinggir jalan? Setidaknya mereka memang mengidap autis sosial?
Ya, autis sosial tentu saja lebih sulit disembuhkan. Terapi apa yang pas untuk mereka? Bahkan bukan hanya caleg yang kini terkena autis sosial. "Kita yang sering SMS-an dan BB-an saat sedang kumpul-kumpul, itu juga terkena autis sosial," kata Kang Tajib. Jadi, kalau masyarakat sudah terkena autis sosial, masing-masing orang merasa pendapat sendiri yang benar, siapa yang harus menjadi Bude-bude lain seperti Sri Murni? Ah, tak mungkin lah itu terjawab. Apalagi jika pengelola negara ini sudah terkena autis sosial, harapannya tentu ada Ibu Negara yang punya samudera cinta dan kasih tak terbatas untuk membimbing anak-anak bangsa yang terkena autis agar mampu berperilaku layaknya anak bangsa yang normal. Jika ada pemimpin berani mengatakan "aku sing ngerti karepmu" kepada rakyatnya sepeti Sri Murni mengatakan kepada Faisal, tentu lah pemimpin itu terkena autis sosial. Itu pemimpin yang perlu bimbingan khusus. Insya Allah! (Kholid Anwar)

Kamis, 20 Februari 2014

Gawat, Gedung Baru RSUD Sudah Retak

Melihat bangunan gedung baru RSUD Kebumen rasanya sedih. Di bagian depan, timur tulisan besar INSTALASI GAWAT DARURAT, terlihat retakan yang dipoles dengan semen putih. Tentu retakan itu tetap tampak. Apakah ini memahayakan bangunan menjadi gawat atau tidak, jawaban pemborong tentu mengatakan tidak. Tapi kalau dari kacamata awam saja sudah bisa ditebak, pemborongnya tidak bekerja dengan baik.
Apalagi di bagian muka yang bisa terlihat langsung masyarakat, kondisi bangunan sudah tampak memprihatinkan. Kabel listrik terlihat "pating plandit". Harusnya kan tertata rapi. Lha wong bangunan modern kok seperti itu. Hayo, siapa berani melaporkan ke KPK kalau di sana ada indikasi korupsi? Faktanya, listrik di sana sejak sebulan lalu beroprasi belum bisa normal. Peralatan medis yang harus menggunakan stroom besar belum bisa optimal.
Jadi ketidak beresan itu baiknya didiamkan saja, atau sedikit dikritisi lah. Tapi kalau terlalu kritis nanti jawabnya ya klise; "Insya Allah aku sing ngerti karepmu!" Bosan ah...! (Kholid Anwar)

Sabtu, 15 Februari 2014

Kelud & Pasir Besi Jangan Paksa Petani Urutsewu Jadi Maling (Lagi)!

Nah, bingung kan mengaitkan dampak abu vulkanik Kelud dengan pasir besi dan pengaruh sosiologisnya bagi petani di urutsewu pantai selatan Kebumen yang kini sedang terancam matapecahariannya oleh rencana besar investor tambang pasir besi? Makanya jangan terlalu berpikir akademis! Dengar saja penuturan mantan kadus Lembupurwo Mirit, Suhadi, dan penggarap lahan berpasir besi Karjito.
Para petani di sana sudah berpenghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aneka tanaman palawija, seperti semangka, pepaya, jagung, cabe, terong, kacang tanah, kacang panjang, dan jenis sayuran lain bisa tumbuh subur. "Lahan setengah hektar dengan modal Rp 1 juta dalam satu musim tanam bisa menghasilkan Rp 5 juta," papar Karjito. Masalahnya, lahan yang mereka garap seperti itu bukan tanah hak milik, dan telah dipatok dengan stempel TNI AD. Rencana tambang pasir besi oleh investor dari Jakarta dikabarkan akan membongkar lahan subur itu menjadi kubangan yang tak bisa ditanami lagi dalam jangka 10 tahun. Para petani penggarap yang tidak memiliki tanah di wilayah utara tentu bakal kehilangan pencaharian.
Jika di era tahun 1980-an wilayah urutsewu, seperti Mirit dan Ambal dikenal banyak maling, menurut Karjito karena memang tanah berpasir di sana belum bisa ditanami seperti sekarang. Sebagian warga tak punya pencaharian. Maka tak ada cara selain jadi maling sekadar untuk makan. Jika saja tambang pasir besi nantinya benar-benar membongkar lahan pertanian itu, sama saja memaksa petani untuk jadi maling lagi karena lahan pertanian sebagai sumber pencaharian mereka hilang.
Apalagi jika kondisi hasil pertanian buruk, bahkan gagal panen terkena hama atau terkena abu vulkanik Gunung Kelud, dampak sosial bagi ekonomi petani di urutsewu akan lebih parah. 
Maka tak ada daya apa pun untuk terhindar dari dampak bencana selain berdoa. Semoga Allah memberikan pertolongan, mengucurkan hujan berkah membersihkan abu vulkanik Kelud dari tanaman pertanian. Lebih dari itu, semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada investor tambang pasir besi untuk membatalkan niatnya merusak lingkungan urutsewu agar warga petani di sana tetap sehat selamat dan aman dari musibah apa pun. Amin ya rabbal 'alamin! (Kholid Anwar)

Jumat, 07 Februari 2014

Milih Kanca Lawas Nyaleg Hukume Wajib?

Apa enggane nek ana kanca lawas nyaleg, hukume wajib milih deweke ya? Kuwe pitakonan nang njero ati. Gara-garane ya pas Setu esuk 8 Februari 2014, Pak Doktor H Bambang Sadono SH MH ujug-ujug rawuh nang Ratih TV Kebumen, ngisi acara Dialog Khusus jam 7-8. Direksi Ratih TV awale ya mandan mangu-mangu mbok menawane disalahna. Maklum, Pak BS kuwe politisi Partai Golkar sing sikine dadi Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah.
Kebener siki uga agi nyalon maning dadi anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Aja-aja Ratih TV nggo kampanye!
     Lha wong inyong anu dasare dicatet dadi anggota Dewan Pengawas LPPL Ratih TV, ya kudu melu tanggung jawab nggo memastikan isi siaran tetap berorientasi pada kepentingan publik. Mangkane tema dialog kudu netepi relevansi lan jumbuh karo kapasitas narasumber. "Penguatan Kapasitas LPPL sebagai Media Pendidikan Berkarakter".
     Ketone pancen dadi klop lah. Malah panjenengane muji langkah Pemkab Kebumen sing wani nganani LPPL televisi, nggo ngakeh-ngakehna warta sekang Jawa Tengah bagian kidul. Kesenian-kesenian daerah uga bisa luwih akeh disiarna, nek perlu mbareng gawe karo TVRI Jawa Tengah. Sing genah Pak BS rumangsa mongkog anane Ratih TV wis duwe izin siaran tetap minangkane lembaga penyiaran publik lokal televisi, siji-sijine LPPL nang Jawa Tengah, malah kepara siji-sijine LPPL duweke Pemda sing ana nang Indonesia. Moga-moga Ratih TV dadi conto daerah liya nggawe LPPL televisi.
    Rampung siaran inyong ya nyalami. Jebul panjenengane ya tesih kelingan jaman tahun 1983 ketemu nang UNNU Solo. Wektu kuwe Pak BS ceramah selaku ketua Keluarga Penulis Semarang (KPS), tesih dadi redaktur tamu rubrik sastra Minggu Ini koran Suara Merdeka. Awit wektu kuwe inyong nduwe cita-cita dadi penulis. Seorane ya pancen wis keleksanan, dadi wartawan Wawasan awit 1986 ngasi "tobat" tahun 2010.
     Lha sikine arep ngapa maning jel! Pas Pak BS nerusna acara kampanye nang daerah Alian, inyong di-SMS; "Dibantu ya pencalonan DPD saya!". Spontan inyong ya njawab: "Insya Allah aku sing ngerti karepmu!" Ning ya karo mbatin, apa enggane mengko tanggal 9 April 2014 inyong sekeluarga ya kudu nyoblos calon anggota DPD Jawa Tengah nomor 6 Pak BS kiye? Ngelingi sejarah kaya kuwe mau, maene kepriben ya kira-kira? Nang biodatane Pak BS ketone tharik-tharik banget; lahir di Blora 30 Januari 1957, lulus S1 (1983), (S2 (1991), S3 (2009) Fakultas Hukum Undip. Wakil Pemimpin redaksi Suara Merdeka (1989-1997), Pemimpin Redaksi Suara Karya (1999-2004), Ketua PWI Jateng (1992-1998), Sekjen PWI Pusat (1998-2003), Anggota DPR RI (1997-2009), Wakil Ketua DPRD Jateng (2009-2014), Ketua Partai Golkar Jateng (2004-2009), Ketua Dewan Kesenian Jateng (2007-2011). Kegiatannya sekarang juga mengajar di Program Magister Hukum Universitas Semarang (SDM) dan Program Magister Komunikasi di Fisip Undip.
     Rasane dadi bingung loh, milih apa ora ya maene? Ah, rika kabeh ngerti mbok lah karepku?
(Kholid Anwar)

Minggu, 02 Februari 2014

Saat Gempa Berdzikir dengan Keindahan Batu Karangsambung

Pahatan alami dari Dzat Yang Maha Indah
Kemarin seorang teman mengajak lihat-lihat Pondok Batu di Jl Kutoarjo, Selang. Di sana ternyata tersimpan batu-batu antik dari Karangsambung. Dulu era mantan Menteri Kehakiman Ali Said masih aktif mengoleksi sueseki, trend batu-batu antik dan bonsai memiliki komunitas orang-orang elite. Pasca booming antorium,  aktivitas yang terkait hobi mengoleksi batu dan tanaman belum terlihat bangkit.
      Tapi teman tadi melihat koleksi batu dan bonsai orang tuanya mulai yakin, kekayaan alam yang sempat dikumpulkan ayahnya dari bumi Karangsambung akan menjadi harta berharga. Setidaknya jika keindahan alami batu-batu sueseki koleksinya itu bisa diapresiasi dengan baik, selain mampu memberikan informasi pengetahuan geologi, juga membangkitkan apresiasi seni alami.
Dedaunan itu pun berdzikir di atas batu
      "Bahkan dari batu-batu ini kita bisa berdzikir, menyadari betapa Allah itu Maha Indah, melukis alam tanpa batas keindahannya. Kalau kita tempatkan batu-batu ini pada satu titik di mana mata melihat disertai perasaan cinta pada penciptanya, bukankah kita akan mengajak berdzikir selalu ingat akan Keagungan dan Keindahan Allah?"
      Memang terlihat indah saat tiap guratan yang ada di batu-batu purba itu dicermati dengan teliti. Lukisan alami yang tak mungkin tertandingi pelukis mana pun. Entah jenis batu apa saja dalam terminologi ilmu geologi. Yang jelas, selama ini dari Laboratorium Alam Geologi Karangsambung yang dikelola LIPI sering mempublikasikan, jenis-jenis batu yang ada di sana merupakan bukti terjadinya tumbukan lempeng bumi Auro-Asia.
     Lebih gampangnya, kerak bumi bertabrakan. Titik yang bertumbukan itu sampai menjulang menjadi perbukitan Karangsambung itu. Sehingga batu-batu yang ada di kawasan sana jenisnya adalah batu yang berasal dari dasar samudera.
Andai tumbukan lempeng bumi melesat ke perut bumi?
 
Semar pun berdzikir
Saat kita harus membaca fenomena gempa bumi kemarin, dan mengingat "teori ilmiah" terjadinya perbukitan Karangsambung, yang tersirat di benak kok terasa mengerikan ya? Jangan-jangan gempa itu baru awal pergerakan lempeng bumi menuju benturan lebih keras. Efek tumbukan yang menjulang ke atas tertekan dari arah vertikal lalu lempeng bumi patah masuk ke dalam perut bumi? Maka Kebumen bisa ambles, berubah kembali menjadi dasar samudera?
      Yang terbayang kemudian, kiamat memang sudah dekat. Kapan? Ah, para ustadz selalu mengingatkan,selama nama Allah masih disebut-sebut manusia, kiamat belum akan terjadi. Jadi? Ya, perbanyaklah berdzikir, dengan melihat keindahan bebatuan Karangsambung, mungkin dzikir itu bisa lebih nyambung. Allah Maha Perkasa, dan Allah juga Maha Indah serta menyintai yang indah-indah. (Kholid Anwar)