Sabtu, 19 April 2014

Tragedi "Wuwur Rp 9 M" di Urut Sewu

Terus terang saya belum tahu persis apa, siapa, bagaimana, mengapa, dan kapan berita di Suara Merdeka tentang "Gerakan Didanai Rp 9 M" itu menjadi begitu menghebohkan. Pro dan kontra di jejaring sosial, terutama dari aktivis gerakan yang selama ini berjuang membela kepentingan petani di kawasan Urut Sewu, lebih menyiratkan kegeraman. Berita itu dinilai tanpa akhlak jurnalistik.
Sedikit mencermatinya, memang itu sekadar memberitakan isu yang dikonfirmasikan kepada Kapolres Kebumen, pihak yang berkompeten mengklarifikasi sebuah informasi yang meresahkan masyarakat benar atau tidak.
Jika sudah ada penegasan bahwa isu penggelontoran dana Rp 9 M untuk membiayai gerakan di Urut Sewu memang dinyatakan tidak benar, moral jurnalis sewajarnya juga mempertegas; bahwa ada pihak-pihak yang hendak mengadu domba masyarakat Urut Sewu dengan isu penggelontoran dana Rp 9 miliar.
Sebenarnya, di jajaran teman-teman jurnalis Kebumen sejak era Orba hingga era feformasi sekarang sudah paham betul latar belakang di setiap isu menyangkut Urut Sewu. Tiap gerakan rakyat yang menuntut hak penguasaan tanah di sana selalu disangkutkan dengan gerakan PKI, dibiayai oleh LSM Asing, dan anti-NKRI. Apalagi setelah meletus tragedi Setrojenar yang berlabel "Bentrok Rakyat vs TNI". Isu yang terus dibangun oleh militer terasa sekali untuk memberikan justifikasi; "bahwa PKI baru terus bergerak, pihak asing mendanai gerakan itu Rp 9 miliar".
Saya tidak yakin wartawan yang menulis berita itu dibayar oleh tentara dan penguasa, seperti banyak dituduhkan para aktivis di jejaring sosial. Rasanya, dia sekadar diperalat. Modusnya, biasanya menggunakan narasumber dari jajaran intelejen memberikan informasi yang seolah akurat. Standar pemberitaan tentu harus ada konfirmasi. Maka pihak paling berkompeten untuk menilai akurasi data "Rp 9 miliar" itu adalah Kapolres Kebumen yang memiliki kaki tangan intelejen dan reserse. Menurut Kapolres, informasi seperti itu hanyalah isu.
Kesan yang ditimbulkan memang muncul informasi yang tersembunyi. Opini bisa terbangun. Meskipun Kapolres mengatakan itu hanyalah isu, tapi nalar publik digiring. Seperti halnya praktik politik uang atau wuwuran dalam pileg sekarang. Praktiknya nyata-nyata ada. Tapi polisi tidak pernah bisa menangkap pelakunya, meskipun sudah ada laporan dan Bawaslu.
Publik telanjur percaya, bahwa isu wuwuran, termasuk isu tentang "wuwur Rp 9 M" di Urut Sewu, akan lebih banyak orang yang percaya hal itu benar. Inilah tragedi dalam dunia jurnalistik di Kebumen. Wartawan benar telah konfimasi dari sumber yang berkompeten. Tulisan itu menegaskan, dana Rp 9 miliar untuk membiayai gerakan Urut Sewu hanyalah isu. Namun, opini bisa tergiring bahwa ada penggelontoran dana Rp 9 miliar untuk perhelatan "adu domba" rakyat dengan rakyat, dan TNI berada di dalamnya bersama investor pasir besi. Runyam kan jadinya? Itulah tragedi wuwur yang benar atau tidak ada dana sebanyak itu telah mampu membuyarkan konsentrasi gerakan rakyat yang terus berjuang memperoleh hak penguasaan atas tanah pertaniannya. (Kholid Anwar)

Rabu, 02 April 2014

Ratih TV, dari Anak Emas Jadi Anak Pungut.

Jebul ya angel lho benah-benah Ratih TV. Kadung mula bukane dadi televisi anak emas. Lha kok sikine dadi anak pungut. Karepe ya didol bae. Ning ndilalah, statuse wis ningkat dadi Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Televisi. Nek arep diswastakan ya ora olih nang undang-undang.
Kepriye maning, wong anane pancan kaya kuwe.
Mekiki daya pancare mung 1400 watt, nang kota Kebumen bae ora nangkep jelas. Bareng diotak-atik teknisine, dimodali kurang luwih Rp 5 juta, eh wis lumayan bisa ningkat dadi 2000 watt. Nang Kutowinangun bisa nangkep, senajan gambare isih kepyur pada karo gambare TVRI Jawa Tengah. Jare teknisine, tesih ana pemancar maning sing bisa ditambahna men dadi 4000 watt. Ning ya kuwe kudu ditukokna combiner, regane kurang luwih Rp 10 juta. Merga nang anggarane durung ditulis, ya mengko lah sing sabar disit, nunggu perubahan APBD disetujoni DPRD. Nek arep igah iguh anggaran, direkture ya ora wani.
Mengkono uga nggo ningkatna mutu siaran lan nambah jam tayang. Ujarkua sih tanggal 1 April 2014 wis bisa siaran 7 jam, wiwit jam 13.00 ngasi jam 20.00 men mandan patut minangka LPPL Televisi. Jebal-jebul ya ora gampang nyusun ingsine tayangan. Nek mung diisi rekaman lagu-lagu campur sari apa dene video klip sih ya gampang. Ning ya mboseni lah, terus penontone ya mlayu dhewek-dhewek.
Arep ngisi acara Berita Kebumen sing luwih "nyokot" bae ya isih angel koh. Jajal disimak. Saben-saben beritane dibukak nganggo ukara klasik; "Bupati Kebumen membuka acara......".
Utawane, "Wakil Bupati Kebumen menghadiri acara.......". Miturut ilmu jurnalistik, informasi kaya kuwe ora ngemu nilai berita utawa "news value". Dadine ya kurang pas nek diarani siaran berita.
Ya, puluh-puluh, sanga tambah siji. Karepe monoa LPPL televisi kudu bisa "isi siaran tetap berorientasi pada kepentingan publik". Para sedulur maklum sit lah ya, ketone pegelola agi golet wangsit nggo mbenahi manajemen LPPL Ratih TV Kebumen. Dongakna bae ya men tetep lancar memancar, mbagi kabar nggo Kebumen sing luwih moncer. (Kholid Anwar)