Ancaman nyata tsunami di pantai selatan Kebumen telah dilontarkan para
ilmuwan. Namun pemangku kekuasaan di wilayah ini seperti menutup telinga. Gumuk
pasir di pesisir Mirit sampai Buluspesantren dalam waktu dekat akan ditambang
untuk mengeruk pasir besi dari sana. Usaha keras masyarakat menolak penambangan
pasir besi tak pernah berhenti. Tapi rupanya penguasa makin menggunakan tangan
besi membungkam gerakan penolakan.
Kalau saja penguasa Kebumen tidak bebal, informasi dari para pakar itu
tentu membuat mereka berpikir ulang; tambang pasir besi harus dihentikan, tak
peduli apakah investor rugi karena sudah telanjur memberi fee atau mau kabur.
Rakyat terutama yang berada di kawasan pesisir harus diselamatkan dari ancaman
tsunami. Sebab gumuk pasir itu adalah benteng terbaik dampak tsunami jika suatu
saat nanti tsunami melanda selatan Kebumen. Kini semakin tampak, kehadiran
investor tambang pasir besi dan prediksi-prediksi para pakar kegempaan makin
mempertegas, tambang pasir besi dan tsunami menjadi ancaman nyata Kebumen selatan.
Masih mau menentang alam dan dengan sinis mengatakan, “Insya Allah aku sing
ngerti karepmu’?” Mulailah bertafakur, dzikir kepada dzat yang menguasai alam,
ingat pesan leluhur dan santuni alam, Insya Allah bencana itu datang bukan
sebagai hukuman, namun sebagai pengingat agar manusia tidak makin tamak
mengeksploitasi alam! (Kholid Anwar)
Gempa Kebumen Bisa Memicu Gempa Lebih Besar
KOMPAS.com - Segmen dimana pusat gempa Kebumen
pada Sabtu (25/1/2014) terjadi sebenarnya segmen pendiam. Namun, kemarin,
segmen itu seolah bersuara, menunjukkan bahwa dirinya "hidup".
Gempa mengguncang Kebumen kemarin pada pukul 12.14 WIB. Magnitud yang dihasilkan oleh si segmen pendiam sebesar 6,5. Dengan pusat gempa 40 km dari garis pantai dan pada kedalaman 88 km, gempa dirasakan oleh hampir seluruh warga Jawa.
Gempa mengguncang Kebumen kemarin pada pukul 12.14 WIB. Magnitud yang dihasilkan oleh si segmen pendiam sebesar 6,5. Dengan pusat gempa 40 km dari garis pantai dan pada kedalaman 88 km, gempa dirasakan oleh hampir seluruh warga Jawa.
Widjo Kongko, peneliti
gempa dan tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
mengungkapkan, dalam radius 100 km dari pusat gempa kemarin, cuma ada 10 gempa
bermagnitud lebih dari 5 dalam 4 dekade. Suara dari segmen pendiam itu adalah
sinyal adanya bahaya."Gempa kemarin menunjukkan bahwa subduksi selatan
Jawa masih aktif dan perlu selalu diwaspadai," ungkap Widjo kepada Kompas.com,
Minggu (26/1/2014).
Subduksi, atau
pertemuan antar dua lempeng, Jawa selama ini tak seaktif subduksi Sumatera.
Namun, bukan berarti subduksi itu mati dan tak mampu menghasilkan gempa dan tsunami
yang mematikan. Selain kemarin, subduksi Jawa pernah bergejolak pada tahun 1994
mengakibatkan gempa dan tsunami di Pacitan. Sementara, pada tahun 2006, tak
lama setelah gempa Yogyakarta, subduksi Jawa juga memicu gempa dan tsunami di
Pangandaran.
Irwan Meilano, pakar
tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengungkapkan bahwa ancaman
dari selatan Jawa tidak main-main. Selama ini, pakar tektonik membagi subduksi
di selatan Jawa menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama dari selat Sunda
hingga selatan Jawa Barat. Bagian kedua adalah di selatan Jawa Tengah.
Sementara, bagian ketiga adalah di selatan Jawa Timur hingga Bali. Kajian para
ilmuwan menunjukkan bahwa masing-masing bagian bisa memicu gempa serta tsunami
yang dapat berdampak merusak. "Masing-masing bisa menghasilkan gempa dengan
magnitud 8,5," kata Irwan. Ancaman nyata dari selatan Jawa harus
ditindaklanjuti oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. "Jawa
selatan masih gelap. Makanya perlu kajian lebih lanjut. Kita selama ini baru
memetakan klustering gempa 2006 dan 1994 yang menimbulkan tsunami," kata
Widjo. "Berbeda dengan Sumatera, kajian di wilayah ini masih jarang,"
imbuhnya. Edukasi kepada masyarakat harus ditingkatkan. Publik sendiri bisa
berupaya membentengi diri dengan membangun rumah tahan gempa serta tidak
berlokasi di dekat pantai untuk mengurangi risiko tsunami.(Yunanto Wiji Utomo)
Selamat datang para pengusaha penambang pasir yang miskin ilmu dan wawasan...
BalasHapusSelamat datang di sini; fakta agar kalian "melek" pengetahuan!
Kiranya pernyataan saya dapat menjadi maklum, terimakasih.
Insya Allah aku sing ngerti karepmu.... ha ha ha....
Hapuspepatah jawa .....ELING LAN WASPADA''
BalasHapusAku sing ngerti basamu Kang Kholid.... " pekok " ...wkwkwk...
BalasHapusInsya Allah.....
Hapus