Selasa, 07 Januari 2014

Mendapat Gaji dari Bank Dunia dan Bank Akhirat

Terasa lebih berat saat saya harus berpamitan kepada kelompok kerja (pokja) RBM (ruang belajar masyarakat) Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan di pertengahan Desember 2013 lalu, usai memberikan sedikit pembekalan tentang Jurnalisme Pemberdayaan. Pada pelatihan yang diikuti para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di sana, terdiri tenaga Pendamping Lokal (PL), CBM (Community Bassed Monitoring) dan tenaga TI Kecamatan, terasa sudah tumbuh sikap kerelawanan mereka untuk berperan lebih besar pada program penanggulangan kemiskinan di wilayah desa masing-masing.
Mereka sadar, relawan memang tidak mendapat gaji. Beda dengan fasilitator dan konsultan yang tiap bulan menerima bayaran lumayan besar dengan standar pengupahan dari Bank Dunia. "Tapi saya yakin, jika yang kita lakukan ini didasari ketulusan, Insya Allah akan mendapat gaji yang jauh lebih besar dari Bank Akhirat.
Makanya, saya ingin meningkatkan karier tertinggi di bidang pemberdayaan masyarakat dengan menjadi anggota Pokja RBM di kampung halaman Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sana, " kata saya sedikit ngecap memberi semangat.
" juga dari Kebumen Pak, Puring," kata seorang peserta memperkenalkan diri usai pelatihan. Dia Dwijo Aprianto, merantau ke Kalsel sudah hampir sepuluh tahun, dan menjadi PNS sekitar empat tahun. Kini ditempatkan di Kecamatan Kuranji, wilayah yang penduduknya kebanyakan transmigran, dengan penghasilan dari kebun kelapa sawit dan karet.
Kerinduannya pada kampung halaman selalu muncul, meskipun keluarganya sudah diboyong ke sana. Setidaknya setahun sekali berusaha pulang kampung menengok ibunya."Ya, di mana pun kita tinggal, tetap masih di bumi Allah. Kita bisa membuka rekening Bank Akhirat di mana pun," kata saya sok pintar menasihati. (Kholid Anwar)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar