Mengawali perubahan status |
Teringat betul nasihat Kiai Khozaki alias KH Syaefudin Daldiri "panglima" Front Toriqatul Jihad (FTJ) dari Sidodadi Kuwarasan yang masih "kepernah" paman itu di Balai Wartawan paseban kulon alun-alun Kebumen usai oprasi miras tahun 2000-an. "Sing jeneng coba kuwe werna loro; siji coba sing nyengiti, loro coba sing nyenengna". Maksudnya adalah, cobaan hidup yang menjengkelkan justru lebih gampang dihadapi dan banyak orang yang lulus menjalani cobaan itu. Sedangkan cobaan yang menyenangkan hati, seperti halnya mendapatkan setumpuk uang yang tidak jelas asal-usulnya, hanya sedikit orang yang bisa lulus menghadapi ujian itu.
Persepsi berlebihan tentang kiai |
Sebagai wartawan saat itu saya hendak konfirmasi atas berita mulai maraknya judi togel yang menginduk pada Kuis Siapa Berani Indosiar. Diperoleh keterangan dari koordinator lapangan FTJ, bandar togel yang berpusat di Gombong konon masih merugi. Maka kepada Kiai Khozaki itulah saya konfirmasikan masalah tersebut. "Apakah untuk menggerebek judi togel itu harus menunggu bandarnya untung banyak?". Nasihat itulah yang kemudian dijelaskannya, dan terus memberikan tanda tanya berkepanjangan setiap mendengar
Jamaah masjid punya persepsi sendiri-sendiri. |
Di sisi lain, sepulang berhaji adik saya ngudarasa ingin membeli Tosa bekas untuk antar-jemput gabah. Sebelumnya untuk mendapat order penggilingan padi warisan orang tua ia terpaksa harus ngojek jemput dan antar gabah dengan sepeda motor karena harus bersaing dengan penggilingan padi keliling. Ternyata ia menghadapi masalah. Setelah disebut Kiai Haji, karena ia memang yang mendapat amanat untuk menjadi imam masjid di kampung itu, warga sungkan untuk "menyuruh" atau kirim SMS meminta untuk ngojek menggilingkan gabah. Untuk mempekerjakan orang lain, omset per harinya tak cukup layak memberikan bayaran, sehingga tetap harus ditangani sendiri sebagai buruh dari penggilingan padi sumber matapencaharian seorang kiai.
"Ya ini memang cobaan yang menjengkelkan, tapi sekaligus juga menggelikan. Jadi antara jengkel dan senang, menghadapinya gampang-gampang susah," komentar saya. Ia hanya bisa tersenyum getir menghadapi cobaan hidup dan tanggung jawab yang harus diemban membawa amanat orang tua. Yang jelas ini bukan cobaan menyenangkan sehingga tetap yakin bisa diatasi. Sebab, seperti nasihat Kiai Khozaki, banyak orang gagal saat menghadapi cobaan yang menyenangkan. (Kholid Anwar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar