Minggu, 02 Februari 2014

Saat Gempa Berdzikir dengan Keindahan Batu Karangsambung

Pahatan alami dari Dzat Yang Maha Indah
Kemarin seorang teman mengajak lihat-lihat Pondok Batu di Jl Kutoarjo, Selang. Di sana ternyata tersimpan batu-batu antik dari Karangsambung. Dulu era mantan Menteri Kehakiman Ali Said masih aktif mengoleksi sueseki, trend batu-batu antik dan bonsai memiliki komunitas orang-orang elite. Pasca booming antorium,  aktivitas yang terkait hobi mengoleksi batu dan tanaman belum terlihat bangkit.
      Tapi teman tadi melihat koleksi batu dan bonsai orang tuanya mulai yakin, kekayaan alam yang sempat dikumpulkan ayahnya dari bumi Karangsambung akan menjadi harta berharga. Setidaknya jika keindahan alami batu-batu sueseki koleksinya itu bisa diapresiasi dengan baik, selain mampu memberikan informasi pengetahuan geologi, juga membangkitkan apresiasi seni alami.
Dedaunan itu pun berdzikir di atas batu
      "Bahkan dari batu-batu ini kita bisa berdzikir, menyadari betapa Allah itu Maha Indah, melukis alam tanpa batas keindahannya. Kalau kita tempatkan batu-batu ini pada satu titik di mana mata melihat disertai perasaan cinta pada penciptanya, bukankah kita akan mengajak berdzikir selalu ingat akan Keagungan dan Keindahan Allah?"
      Memang terlihat indah saat tiap guratan yang ada di batu-batu purba itu dicermati dengan teliti. Lukisan alami yang tak mungkin tertandingi pelukis mana pun. Entah jenis batu apa saja dalam terminologi ilmu geologi. Yang jelas, selama ini dari Laboratorium Alam Geologi Karangsambung yang dikelola LIPI sering mempublikasikan, jenis-jenis batu yang ada di sana merupakan bukti terjadinya tumbukan lempeng bumi Auro-Asia.
     Lebih gampangnya, kerak bumi bertabrakan. Titik yang bertumbukan itu sampai menjulang menjadi perbukitan Karangsambung itu. Sehingga batu-batu yang ada di kawasan sana jenisnya adalah batu yang berasal dari dasar samudera.
Andai tumbukan lempeng bumi melesat ke perut bumi?
 
Semar pun berdzikir
Saat kita harus membaca fenomena gempa bumi kemarin, dan mengingat "teori ilmiah" terjadinya perbukitan Karangsambung, yang tersirat di benak kok terasa mengerikan ya? Jangan-jangan gempa itu baru awal pergerakan lempeng bumi menuju benturan lebih keras. Efek tumbukan yang menjulang ke atas tertekan dari arah vertikal lalu lempeng bumi patah masuk ke dalam perut bumi? Maka Kebumen bisa ambles, berubah kembali menjadi dasar samudera?
      Yang terbayang kemudian, kiamat memang sudah dekat. Kapan? Ah, para ustadz selalu mengingatkan,selama nama Allah masih disebut-sebut manusia, kiamat belum akan terjadi. Jadi? Ya, perbanyaklah berdzikir, dengan melihat keindahan bebatuan Karangsambung, mungkin dzikir itu bisa lebih nyambung. Allah Maha Perkasa, dan Allah juga Maha Indah serta menyintai yang indah-indah. (Kholid Anwar)
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar